PENYERAHAN PIALA KEGIATAN 17 AGUSTUS 2019

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

HARI GURU NASIONAL

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

KEGIATAN LDK SMPN 3 BALARAJA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

UPACARA 17 AGUSTUS 2020 DI ISTANA NEGARA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

Tampilkan postingan dengan label berita pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita pendidikan. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Maret 2021

Mendikbud Nadiem Makarim: Ini Syarat Kelulusan Pengganti Ujian Nasional 2021



Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menerbitkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksanaan Ujian Sekolah dalam masa Darurat Penyebaran Covid-19. "Berkenaan dengan penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat, maka perlu dilakukan langkah responsif yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan lahir dan batin peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan," papar Nadiem dalam SE tersebut, Senin (1/2/2021). Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyampaikan 8 poin utama, yang beberapa di antaranya berisi tentang penentu kelulusan siswa di tahun 2021 sebagai pengganti Ujian Nasional.

Penentu kelulusan siswa di tahun 2021 Dalam poin ketiga SE Mendikbud, disebutkan 3 poin yang menentukan apakah siswa dinyatakan lulusan dari satuan atau program pendidikan. Dijelaskan, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan atau program pendidikan setelah: 1. Menyelesaikan program pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang dibuktikan dengan rapor tiap semester. 2. Memperoleh nilai sikap atau perilaku minimal baik. 3. Mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Selanjutnya, pada poin keempat dijelaskan bentuk ujian pada poin 3 yang bisa dilakukan oleh satuan pendidikan yang akan dilakukan oleh siswa. Baca juga: Cara Cek Siswa Penerima Kartu Indonesia Pintar untuk SD-SMA Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada poin 3, dilaksanakan dalam bentuk: 1. Portfolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap atau perilaku, dan prestasi yang diperoleh sebelumnya (penghargaan, hasil perlombaan, dan sebagainya). 2. Penugasan. 3. Tes secara luring atau daring, dan/ atau 4. Bentuk kegiatan penilaian yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Selain ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam poin 4, dalam poin selanjutnya disebutkan peserta didik sekolah menengah kejuruan (SMK) jug dapat mengikuti uji kompetensi keahlian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Syarat kenaikan kelas hingga PPDB di tengah pandemi Berikut rangkuman lengkap 8 poin SE Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021 terkait pelaksanaan Ujian Nasional, Ujian Kesetaraan serta Ujian Sekolah dalam masa darurat Covid-19. 1. Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan tahun 2021 ditiadakan. 2. Dengan ditiadakannya UN dan Ujian Kesetaraan pada angka 1, maka UN dan Ujian Kesetaraan tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah: Menyelesaikan program pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang dibuktikan dengan rapor tiap semester. Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik. Mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan.

4. Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan dilaksanakan dalam bentuk: Portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap/perilaku, dan prestasi yang diperoleh sebelumnya (penghargaan, hasil perlombaan, dan sebagainya). Penugasan. Tes secara luring atau daring; dan/atau Bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. 5. Selain ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada angka 4. Peserta didik sekolah menengah kejuruan juga dapat mengikuti uji kompetensi keahlian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Penyetaraan bagi lulusan program Paket A, program Paket B, dan program Paket C dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: Kelulusan bagi peserta didik pendidikan kesetaraan sesuai dengan ketentuan pada angka 3 (tiga). Ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan bagi peserta didik pendidikan kesetaraan berupa ujian tingkat satuan pendidikan kesetaraan diakui sebagai penyetaraan lulusan. Ujian tingkat satuan pendidikan kesetaraan dilakukan dalam bentuk ujian sebagaimana dimaksud pada angka 4. Peserta ujian tingkat satuan pada pendidikan kesetaraan adalah peserta didik yang terdaftar di daftar nominasi peserta ujian pendidikan kesetaraan pada data pokok pendidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Hasil ujian tingkat satuan pendidikan kesetaraan harus dimasukkan dalam data pokok pendidikan.

7. Kenaikan kelas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk siswa yang mengikuti ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dapat dilakukan dalam bentuk: Portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap / perilaku, dan prestasi yang diperoleh sebelumnya (penghargaan, hasil perlombaan, dan sebagainya). Penugasan. Tes secara luring atau daring dan/atau Bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang bermakna, dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh. 8. Untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan sesuai dengan Permendikbud Nomor 1 tahun 2021 tentang PPDB pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Edaran ini atau dapat diunduh pada laman jdih.kemdikbud.go. id Kemendikbud juga menyediakan bantuan teknis bagi daerah yang memerlukan mekanisme PPDB daring.






















Kamis, 25 Februari 2021

Syarat Sekolah Mendaftar Jadi Sekolah Penggerak Kemendikbud

 


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkap sejumlah syarat yang perlu dilewati sekolah untuk mengikuti program sekolah Penggerak.

Program tersebut hanya bisa diikuti oleh 2.500 sekolah di 111 kabupaten/kota tahun ini. Sekolah yang lolos seleksi akan diberikan pendampingan hingga anggaran khusus untuk meningkatkan kualitasnya selama 3 tahun.

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Jumeri mengatakan ada dua syarat utama yang perlu dipenuhi sekolah untuk mengikuti program tersebut.


"Yang pertama ada di kabupaten kota yang ditetapkan sebagai kabupaten kota pelaksana Sekolah Penggerak," katanya dalam konferensi video, Kamis (4/2).


"Yang kedua, sekolah pelaksana sekolah penggerak yang kepala sekolahnya daftarkan diri diseleksi dan ditetapkan sebagai Kepala Sekolah Penggerak," lanjut Jumeri.Ia menjelaskan pemilihan kabupaten/kota yang bisa mengikuti Sekolah Penggerak akan ditetapkan berdasarkan komitmen daerah tersebut dalam kinerja di bidang pendidikan dan komitmennya ke depan.

Ketika kepala sekolah dinyatakan lulus seleksi, sambung dia, maka sekolah tempat dia mengajar secara langsung ditetapkan sebagai Sekolah Penggerak dan akan mengikuti pelatihan selama tiga tahun.

Selama program berlangsung, ia menegaskan pemerintah daerah tidak boleh mengganti kepala sekolah di sekolah yang bersangkutan untuk memastikan pelatihan berjalan optimal.

ready


Program Sekolah Penggerak dilakukan dengan lima intervensi untuk mendongkrak kualitas pembelajaran Diantaranya meliputi penguatan sumber daya manusia, pembentukan paradigma belajar yang baru, perencanaan berbasis data, digitalisasi sekolah dan pendampingan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Jumeri mengatakan juga akan ada penerapan kurikulum khusus di Sekolah Penggerak yang selama ini digodok Kemendikbud. Ia menjelaskan penggunaan kurikulum khusus merupakan salah satu metode penerapan terbatas di sekolah.

"Kurikulum diterapkan untuk Sekolah Penggerak dari PAUD, SMP, SMA dan SLB kita terapkan. Jadi memang betul ada penerapan terbatas dari kurikulum yang dirancang tahun 2020," ucapnya.

Penerapan terbatas, kata dia, fungsinya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan dari kurikulum itu. Menurutnya, juga akan ada metode dan pendekatan belajar lain yang bakal diterapkan secara terbatas di Sekolah Penggerak.

Untuk diketahui, Sekolah Penggerak merupakan salah satu bagian dari rentetan program 'Penggerak' yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim. Pelbagai program ini intinya memberikan pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan capaian belajar.


Hakikat dan Latar Belakang Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Karena salah satu tujuannya untuk membentuk karakter dan kepribadian masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan kewarganegaraan atau civic education sudah diajarkan sejak era Presiden Soekarno, tepatnya sekitar tahun 1901 hingga 1970. Menurut Edi Rohani dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri) (2019), nama atau istilah untuk pendidikan kewarganegaraan beberapa kali mengalami perubahan. Pada 1968, Pendidikan Kewarganegaraan diubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara. Namanya diubah lagi pada 1975 menjadi Pendidikan Moral Pancasila atau PMP. Kemudian pada 1994, namanya mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada 2000, namanya diubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), secara hakikat pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila sebagai kerpribadian bangsa.

Hal ini diperlukan supaya masyarakat Bangsa Indonesia memiliki kesadaran untuk mencintai tanah air serta memiliki watak, sifat dan karakter yang sesuai dengan nilai Pancasila. Menurut Minto Rahayu dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan (Perjuangan Menghidupi Jati Diri Bangsa), tujuan dari hakikat pendidikan kewarganegaraan ialah membekali masyarakat untuk bisa menjalin hubungan yang berlandaskan Pancasila, baik dengan negara ataupun sesama manusia. Latar Belakang Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan memiliki latar belakang secara etimologis, yuridis, serta terminologis. Berikut penjelasannya yang dilansir dari situs Universitas Gajah Mada (UGM): Secara etimologis Latar belakang etimologis dari pendidikan kewarganegaraan berasal dari pemaknaan kedua kata tersebut, yakni kata 'pendidikan' serta kata 'kewarganegaraan'.

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar maupun terencana dalam proses pembelajaran agar bisa mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Sedangkan kewarganegaraan merupakan segala sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan warga negara, hukum serta politik. Secara yuridis Latar belakang yuridis dari pendidikan kewarganegaraan tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 serta rumusan Pancasila. Selain itu, secara yuridis pendidikan kewarganegaraan juga tercantum dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan MPR. Contohnya Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Seluruh hal ini saling berhubungan dan memiliki kekuatan yang mengikat satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan secara yuridis memiliki agar masyarakat memiliki rasa cinta tanah air serta kebangsaan. Secara terminologis Latar belakang terminologis dari pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan yang berlandaskan demokrasi politik yang kemudian diperluas dengan sumber pengetahuan lainnya. Tujuannya agar melatih kemampuan berpikir yang kritis, analitis serta bertindak secara demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

DPR Meminta Program Kampus Mengajar Diselaraskan dengan KKN


Sejumlah Anggota 
Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan menyarankan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mempertimbangkan ulang pelaksanaan program Kampus Mengajar
Pasalnya menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih program baru yang dicetuskan Nadiem itu bisa diselaraskan dengan program yang sebelumnya ada di perguruan tinggi. Salah satunya misalnya, dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sejak lama dimiliki perguruan tinggi. Faqih berpendapat, kedua program tersebut hampir sama sehingga bisa saja saling menyesuaikan.

"Program ini harus sinkron dengan perguruan tinggi, terutama dengan program KKN. Usahakan merata untuk semua, apalagi bila peluangnya juga dibuka buat perguruan tinggi swasta," kata Faqih saat dihubungi, Rabu (10/2).

Faqih mengingatkan, jangan sampai program baru tersebut justru melupakan program atau kegiatan lama yang belum tuntas. Ia juga menyarankan agar Nadiem menyampaikan informasi mengenai program tersebut ke publik secara komprehensif.

"Program baik seperti apapun kalau mengkomunikasikan kepada publiknya jelek, maka akan menjadi tidak manfaat. Karenanya sampaikan informasi dengan jelas dan masif," ujarnya.

Politikus PKS itu juga menilai program Kampus Mengajar mirip dengan Indonesia Mengajar milik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika masih bergelut di dunia pendidikan. Namun begitu, Faqih mengaku tetap mengapresiasi ide Nadiem.

Menurut dia, program tersebut bukti bahwa mantan Bos Gojek itu belajar mengenali masalah pendidikan di lapangan.

"Kalau saya melihat Mas Menteri, sekarang mulai kenal problem lapangan. Dan risikonya ada beberapa program yang harus digulirkan mirip dengan program sebelumnya," ujar dia lagi.

Senada dengan Faqih, anggota Komisi X DPR dari Fraksi PAN Zainuddin Maliki pun mengapresiasi kebijakan tersebut. Tapi ia sekaligus berharap program Kampus Mengajar betul-betul efektif.

"Dari sisi konsep bagus, tapi efektivitasnya yang penting. Akuntabilitas itu bukan hanya akuntabilitas program, prosedur, keuangan, tapi juga akuntabilitas manfaatnya," ujar Zainuddin.

"Nanti anggarannya sudah tersedia apa belum, seberapa efektivitasnya. Ini program Mas Menteri di situ bagus-bagus, tapi efektivitasnya yang belum," sambung dia lagi.

Zainuddin menuturkan, selain konsep yang bagus, implementasi di lapangan juga harus mendukung. Menurut dia, akan percuma jika konsep bagus akan tetapi eksekusi di lapangan malah berantakan.

"Policy yg bagus, tapi eksekusi buruk, ya hasilnya buruk. Implementasi jauh lebih penting daripada policy itu sendiri, bisa jadi bad policy tapi good execution itu hasilnya bisa good result," tutur dia.

Untuk itu, mahasiswa semester 5 ke atas diminta mendaftar menjadi pengajar di Sekolah Dasar (SD) di wilayah domisilinya. Sekolah yang menjadi prioritas sasaran khususnya yang berakreditasi C dan berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan, Terluar).

Sepanjang program, mahasiswa diminta mengajar 6 jam per hari secara daring dan luring. Selama masa program, mahasiswa dijanjikan menerima biaya kuliah, uang hidup dan nilai setara 12 satuan kredit semester (SKS).

Rabu, 17 Februari 2021

Kemendikbud Imbau Siswa Manfaatkan Media Digital Dengan Efektif dan Bijak

Banyak cara untuk tetap produktif dari rumah meski kita tengah berjuang agar terbebas dari pandemi COVID-19, seperti kegiatan Komunikasi Digitalisasi Jenjang SMP Tahun 2020 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), belajar berkomunikasi dengan efektif dan bijak memanfaatkan media digital.

Direktur Pembinaan SMP, Kemendikbud, Mulyatsyah mengimbau para siswa untuk menjadi seorang komunikator yang efektif dan mampu memanfaatkan media digital dengan bijak. Menurutnya, banyak informasi yang harus dicermati lebih dulu sebelum disebarluaskan.

“Banyak orang yang asal posting di media sosial namun informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tutur Mulyatsyah ketika memberi arahan dalam kegiatan tersebut yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu (15/08).

Bagi para siswa yang ingin menjadi seorang komunikator yang efektif dan bijak, kata Mulyatsyah, maka harus memulainya dengan mendengar dan menganalisis informasi. “Kita harus pilih apakah suatu informasi hoax atau valid. Jangan sampai apa yang kita sebarkan akan menimbulkan keresahan bagi yang membacanya,” ucapnya.

Dalam kegiatan ini, para peserta mendapatkan materi yang menarik, seperti materi tentang ‘Bahaya Narkotika dan Merokok’ yang disajikan oleh Eva Fitri Yuanita. Eva membantu para peserta berfokus pada pengajaran mengejar cita-cita, dimulai dari hal-hal yang para siswa sukai, selanjutnya merancang usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut.

“Cita-cita itu adalah sebuah proses. Di list saja dulu mimpi kita, lihat hobi kita apa, kesukaannya apa,” ungkap Eva.

Para peserta selanjutnya mendapatkan materi ‘Motivasi Pengembangan Karakter’ yang disampaikan oleh Edvan Muhammad Kautsar, seorang motivator yang berhasil membangun kesuksesan di usia muda. Pesan suksesnya adalah mulailah segala sesuatu lebih awal, bangun lebih awal, bangkit lebih awal, belajar lebih awal, sekalipun bangkrut dan gagal, tidak apa-apa karena bisa bangkit lebih awal agar kesuksesan itu datang lebih awal.

Pemateri selanjutnya adalah Ade Husnul Mawadah yang menyampaikan materi tentang ‘Komunikasi dalam Membaca, Menulis, dan Berbicara’. Menurut Ade, seorang komunikator yang sukses harus rajin menyimak, rajin membaca, dan pandai menulis.

“Nah, bagi kalian yang ingin sukses menjadi pembicara, kalian juga harus rajin membaca dan menulis, ya. Seorang pembicara yang baik tidak selalu harus menjadi pembicara yang dominan, tetapi ia juga harus menjadi penyimak yang baik,” kata Ade.  

Ingin tahu, cara membuat vlog/video content yang kekininan? Simak penjelasan Herman Josis Mokalu atau yang akrab disapa Kak Yossie, P. Project. Dalam kegiatan ini, Ia menjelaskan tentang ‘Pembuatan Vlog/Video Content sebagai Media Berkomunikasi’. Ada beberapa tips yang dibagikan untuk membuat video yaitu berani mengeluarkan ide, kreatif mewujudkan ide, yakin dengan keunikan diri sendiri, dan jangan kalah sebelum bertanding. Berdasarkan pengalamannya, Yossie mengatakan, penolakan membuatnya semakin tajam dalam membuat karya.

“Jangan khawatir saat ide kita tidak disukai orang lain. Cintai prosesnya dalam berkarya,” kata Yossie.

Bagi kalian yang masih bingung mencari kanal yang menarik ketika belajar dari rumah, jangan ragu untuk mengakses https://belajar.kemdikbud.go.id. Di sini, Rica Yanuarti dari Pusat Data Pendidikan, Kemendikbud akan membahas ‘Penggunaan Digitalisasi untuk Pembelajaran’ melalui Portal Rumah Belajar. Rumah Belajar adalah bentuk inovasi pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh siswa dan guru mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK. Dalam kanal tersebut ada berbagai fitur pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat diakses secara gratis.

Materi lainnya yang tidak kalah menarik yaitu ‘Pengembangan Komunikasi melalui Digitalisasi dalam Bidang Musik’. Materi yang disuguhkan oleh Randy Danistha, musisi grup musik Nidji ini bercerita tentang bagaimana cara berkomunikasi melalui musik di era digitalisasi. “Dalam menciptakan lagu, awali dengan menulis idenya terlebih dahulu, jangan paksakan diri untuk memikirkan musiknya di saat yang sama. Biarkan ide-ide mengalir secara alami dalam nikmati prosesnya,” urai Randy.

Belum lengkap rasanya jika tidak mengupas ‘Pemanfaatan Media Sosial secara Bijak’ dengan materi yang disajikan oleh Budi Permana yang mengingatkan para siswa agar lebih mengoptimalkan penggunaan media sosial yang menunjang pembelajaran. Bagi dosen yang telah banyak menerbitkan buku untuk pemakai komputer pemula ini, penggunaan media sosial yang berlebihan harus dihindari karena berdampak negatif terhadap fisik dan mental penggunanya. Apa saja ya, ciri-ciri yang harus kita waspadai? Bagi yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut seputar acara ini, silakan cek instagram: @pesertadidik.dit.smp.

Tahun ini pelaksanaan kegiatan Komunikasi dan Digitalisasi Jenjang SMP berlangsung secara dalam jaringan (daring). Digagas dalam empat angkatan, kegiatan ini melibatkan 130 siswa SMP di setiap angkatannya. Komunikasi dan Digitalisasi Jenjang SMP baru diselenggarakan dalam dua angkatan.

Angkatan pertama telah dilaksanakan pada tanggal 11-12 Agustus 2020. Angkatan kedua dilaksanakan pada tanggal 13-14 Agustus 2020. Angkatan ketiga rencananya akan digelar pada 22-23 September 2020 mendatang dan untuk angkatan keempat akan diselenggakan pada tanggal 25-26 September 2020.

“Mari kita gunakan kesempatan ini untuk belajar agar mampu menjadi komunikator yang efektif,” demikian pesan Mulyatsyah.

Di masa darurat COVID-19 seperti ini, kata Mulyatsyah, mari kita selalu menjaga kesehatan. Jadikanlah cuci tangan, menggunakan masker, dan jaga jarak sebagai rutinitas baru yang senantiasa diterapkan. “Ingat, saat kalian melindungi diri sendiri maka di saat yang sama kalian sedang melindungi orang lain. Yuk, Tetap Unggul dan Berkarya Saat Belajar dari Rumah!,” pesannya.

Selasa, 09 Februari 2021

Tunggu Covid-19 Melandai, Sekolah Tatap Muka di Kabupaten Tangerang Batal


Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) daring tetap berlanjut pada semester genap 2020 -2021. Diketahui awal kegiatan belajar mengajar semester genap 2020 - 2021 dimulai Senin (4/1).

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Syaifullah menjelaskan, penerapan KBM daring di Kabupaten Tangerang, sesuai Surat Edaran Gubernur Banten nomor 44 tahun 2020 Tentang penundaan Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka di Provinsi Banten.

"Sesuai SE Gub Banten nomor 44 tahun 2020. Bahwa seluruh rencana KBM tatap muka di semua jenjang (TK, SD, SMP dan SMA) di wilayah Banten untuk tidak dilaksanakan," kata Kadis Dindik Kabupaten Tangerang, Syaifullah dikonfirmasi Senin (4/1).

Dia mengaku, kebijakan belajar daring terus akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tangerang, sampai adanya informasi terbaru dari Pemerintah Provinsi Banten.

"Sampai Pandemi di wilayah Provinsi Banten melandai," ucap dia.

Sementara dari data yang dilansir https://covid19.tangerangkab.go.id/ menyebutkan 5.174 orang warga Kabupaten Tangerang, terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan rincian 130 orang dalam perawatan, 4.805 orang dinyatakan sembuh dan 107 orang meninggal dunia. 

Mengatasi Beragam Kendala Sekolah Daring




Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan secara jarak jauh atau sekolah daring untuk memutus rantai penyebaran virus.
 
Namun, tak dipungkiri dilakukannya sekolah daring menimbulkan beragam kendala untuk para siswa, guru, bahkan orang tua sekalipun.
 
Koordinator Fungsi Kelola Sistem Informasi Pendidikan LPMP Provinsi Jawa Timur, Maryono S.Sos, M.M, mengungkapkan hal tersebut dalam Bimtek (Bimbingan Teknis) Pengembangan Media Pembelajaran Digital Bagi Guru SMP tahun 2020 Angkatan 2 yang dilakukan secara daring beberapa waktu lalu (Rabu, 26/8/2020).
 
"(Pertama) guru kesulitan mengelola pembelajaran jarak jauh dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum," ujarnya membahas kendala yang dialami para guru saat sekolah daring dilangsungkan.
 
"(Kedua) waktu pembelajaran berkurang, sehingga guru tidak mungkin memenuhi beban jam mengajar."
 
"(Ketiga) guru kesulitan komunikasi dengan orang tua sebagai mitra di rumah."
 
Selanjutnya, Maryono membahas dua kesulitan utama yang dialami para orang tua.
 
"(Pertama) tidak semua orang tua mampu mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab lainnya, seperti kerja, urusan rumah, dan lain sebagainya," jelasnya.
 
"(Kedua) orang tua kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah."
 
Sedangkan untuk para siswa juga ada dua kendala utama dalam sekolah daring yang disampaikan Maryono.
 
"(Pertama) siswa kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluh beratnya penugasan soal maupun PR yang disampaikan ke siswa," ungkapnya.
 
"(Kedua) meningkatnya rasa stres dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan, berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak."
 
Selain itu, kendala lainnya yang bisa dialami guru, siswa, sekaligus orang tua adalah akses ke sumber belajar, baik masalah jangkauan internet ataupun listrik, dan juga kendala dana untuk akses tersebut.
 
Untuk beragam kendala ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyiapkan beberapa solusinya.
 
Yaitu Program Guru Berbagi, Seri Bimtek Daring, Seri Webinar, penyediaan kuota gratis, relaksasi BOS dan BOP, serta ruang guru PAUD dan Sahabat Keluarga.
 
Selain itu untuk menunjang pembelajaran jarak jauh ada program "Belajar dari Rumah" di TVRI, Belajar di Radio RRI, Rumah Belajar, dan kerja sama dengan penyedia platform pembelajaran daring. 

PENDIDIKAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19


\
PENDIDIKAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. 
Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. 
Kegagapan pendidikan daring Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring. Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api. Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula. Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya. Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis. Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Gegar teknologi digital untuk pembelajaran daring Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Apakah salah menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulan-bulan maka akan berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri. Cerita dari ponakan penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg, ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an. Kelompok guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya. Belakangan ramai digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke piranti mereka. Hambatan-hambatan pendidikan daring Ada sekian kendala: baik kendala ekonomi, kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan metode pembelajaran daring seefektif apa. Inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita di tengah Covid-19. Aktifitas pendidikan bukan semata-mata guru memberikan soal-soal lalu para murid diminta menjawab, lantas diberi nilai matematis. Bukan itu poinnya. Ini yang terjadi berdasarkan amatan penulis di masa Covid-19. Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti pada pembelajaran sekadar dimaknai memberikan soal-soal dari guru kepada murid. Hal ini tentu saja menunjukkan pekerjaan rumah luar biasa berat bagi kita semua memperbaiki sistem pendidikan kita jelang peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75. Membangkitkan ruh pendidikan kita Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi para murid dalam implementasi pembelajaran daring. Pendidikan sebagai cara untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita. Membangun ruh pendidikan daring Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, hemat saya dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan pendidikan kita sekiranya seluruh pemangku kepentingan pendidikan di negeri ini saling bergotong-royong. Menanggalkan egoisme sektoral antarkementerian. Presiden Jokowi selalu menekankan kolaborasi, gotong-royong di lapangan, namun sayangnya instruksi ini masih samar-samar dalam praksisnya. Seyogyanya ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ini kita praktikkan dalam pembelajaran kita di manapun. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas mencerdaskan dan membuat bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-19. Masalah koneksi internet semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu masalah kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan. Sekiranya tiga kementerian saling bahu-membahu mempersiapkan infrastrukturnya maka tidak ada yang mustahil membangun kualitas intelektualitas peserta didik yang tetap sehat di masa adaptasi kebiasaan baru era Covid-19 serta didukung jaringan internet yang selalu stabil. Praktik pendidikan di era digital memerlukan inovasi dan kreasi yang terus-menerus sehingga guru maupun anak didik tidak mudah mengalami kejenuhan dan kebosanan. Pun jangan dimaknai pembelajaran daring sekadar memberikan sekian soal kepada murid untuk menjawabnya. Kalau ini yang terjadi maka pembelajaran yang membebaskan dan berkarakter akan berhenti di slogan tanpa pernah diketahui spirit di dalamnya. Oleh karena itu belajar sesungguhnya tidak pernah berhenti sejak dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.


Rabu, 03 Februari 2021

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19


Sebagai upaya untuk mencegah pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah. Mulai 16 Maret 2020 sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring. Lalu, efektifkah pembelajaran daring ini?

Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menyebabkan penyakit menular ke manusia.

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini mereda.

Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah. Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.

Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua siswa selama mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata ada orangtua yang sering marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.

Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.

Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat di hadapan kita, tidak satu atau dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah di Indonesia. Komponen-komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran daring (online) perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian gawai atau komputer yang mumpuni,aplikasi dengan platform yang user friendly, san sosialisasi daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu, dan integratif kepada seluruh stekholder pendidikan.

Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus permbelajaran berbasis daring. Bagi sekolah-sekolah perlu untuk melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan sosialisasi kepada orangtua dan siswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.

Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi Covid-19. Dengan demikian kita dapati pembelajaran yang sama dengan tatap muka tetapi berbasis online. Efeknya sangat bagus, programnya tepat sasaran, dan capaian pembelajarannya tercapai.

Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yakni kegiatan belajar tatap muka dengan guru terbukti lebih efektif ketimbang secara daring (online). Hal tersebut dipaparkan oleh pakar pendidikan Universitas Brawijaya (UB) Aulia Luqman Aziz bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2020. “Selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi” papar Luqman dalam keterangannya di laman resmi UB, Sabtu (2/5/2020). Menurutnya pembelajaran penuh secara daring, akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orangtua.

Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk.

Mengamati pengalaman dari beberapa guru tersebut, maka guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.

Namun sekali lagi, pilihlah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan guru dansiswa itu sendiri. Tidak semua aplikasi pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja. Namun harus dipertimbangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa, kesesuaian terhadap materi, keterbatasan infrastrukur perangkat seperti jaringan. Sangat tidak efektif jika guru mengajar dengan menggunakan aplikasi zoom metting namun jaringan atau signal di wilayah siswa tersebut tinggal tidaklah bagus.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari 

seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Dengan demikian, pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.

Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu seiring dengan new normal yang telah diberlakukan oleh pemerintah. Sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana seperti semula dengan kehadiran guru dan siswa yang saling berinteraksi langsung. Aamiin Ya Rabbal’alamin