PENYERAHAN PIALA KEGIATAN 17 AGUSTUS 2019

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

HARI GURU NASIONAL

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

KEGIATAN LDK SMPN 3 BALARAJA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

UPACARA 17 AGUSTUS 2020 DI ISTANA NEGARA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

Rabu, 17 Februari 2021

Kemendikbud Imbau Siswa Manfaatkan Media Digital Dengan Efektif dan Bijak

Banyak cara untuk tetap produktif dari rumah meski kita tengah berjuang agar terbebas dari pandemi COVID-19, seperti kegiatan Komunikasi Digitalisasi Jenjang SMP Tahun 2020 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), belajar berkomunikasi dengan efektif dan bijak memanfaatkan media digital.

Direktur Pembinaan SMP, Kemendikbud, Mulyatsyah mengimbau para siswa untuk menjadi seorang komunikator yang efektif dan mampu memanfaatkan media digital dengan bijak. Menurutnya, banyak informasi yang harus dicermati lebih dulu sebelum disebarluaskan.

“Banyak orang yang asal posting di media sosial namun informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tutur Mulyatsyah ketika memberi arahan dalam kegiatan tersebut yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu (15/08).

Bagi para siswa yang ingin menjadi seorang komunikator yang efektif dan bijak, kata Mulyatsyah, maka harus memulainya dengan mendengar dan menganalisis informasi. “Kita harus pilih apakah suatu informasi hoax atau valid. Jangan sampai apa yang kita sebarkan akan menimbulkan keresahan bagi yang membacanya,” ucapnya.

Dalam kegiatan ini, para peserta mendapatkan materi yang menarik, seperti materi tentang ‘Bahaya Narkotika dan Merokok’ yang disajikan oleh Eva Fitri Yuanita. Eva membantu para peserta berfokus pada pengajaran mengejar cita-cita, dimulai dari hal-hal yang para siswa sukai, selanjutnya merancang usaha untuk mewujudkan mimpi tersebut.

“Cita-cita itu adalah sebuah proses. Di list saja dulu mimpi kita, lihat hobi kita apa, kesukaannya apa,” ungkap Eva.

Para peserta selanjutnya mendapatkan materi ‘Motivasi Pengembangan Karakter’ yang disampaikan oleh Edvan Muhammad Kautsar, seorang motivator yang berhasil membangun kesuksesan di usia muda. Pesan suksesnya adalah mulailah segala sesuatu lebih awal, bangun lebih awal, bangkit lebih awal, belajar lebih awal, sekalipun bangkrut dan gagal, tidak apa-apa karena bisa bangkit lebih awal agar kesuksesan itu datang lebih awal.

Pemateri selanjutnya adalah Ade Husnul Mawadah yang menyampaikan materi tentang ‘Komunikasi dalam Membaca, Menulis, dan Berbicara’. Menurut Ade, seorang komunikator yang sukses harus rajin menyimak, rajin membaca, dan pandai menulis.

“Nah, bagi kalian yang ingin sukses menjadi pembicara, kalian juga harus rajin membaca dan menulis, ya. Seorang pembicara yang baik tidak selalu harus menjadi pembicara yang dominan, tetapi ia juga harus menjadi penyimak yang baik,” kata Ade.  

Ingin tahu, cara membuat vlog/video content yang kekininan? Simak penjelasan Herman Josis Mokalu atau yang akrab disapa Kak Yossie, P. Project. Dalam kegiatan ini, Ia menjelaskan tentang ‘Pembuatan Vlog/Video Content sebagai Media Berkomunikasi’. Ada beberapa tips yang dibagikan untuk membuat video yaitu berani mengeluarkan ide, kreatif mewujudkan ide, yakin dengan keunikan diri sendiri, dan jangan kalah sebelum bertanding. Berdasarkan pengalamannya, Yossie mengatakan, penolakan membuatnya semakin tajam dalam membuat karya.

“Jangan khawatir saat ide kita tidak disukai orang lain. Cintai prosesnya dalam berkarya,” kata Yossie.

Bagi kalian yang masih bingung mencari kanal yang menarik ketika belajar dari rumah, jangan ragu untuk mengakses https://belajar.kemdikbud.go.id. Di sini, Rica Yanuarti dari Pusat Data Pendidikan, Kemendikbud akan membahas ‘Penggunaan Digitalisasi untuk Pembelajaran’ melalui Portal Rumah Belajar. Rumah Belajar adalah bentuk inovasi pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh siswa dan guru mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK. Dalam kanal tersebut ada berbagai fitur pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat diakses secara gratis.

Materi lainnya yang tidak kalah menarik yaitu ‘Pengembangan Komunikasi melalui Digitalisasi dalam Bidang Musik’. Materi yang disuguhkan oleh Randy Danistha, musisi grup musik Nidji ini bercerita tentang bagaimana cara berkomunikasi melalui musik di era digitalisasi. “Dalam menciptakan lagu, awali dengan menulis idenya terlebih dahulu, jangan paksakan diri untuk memikirkan musiknya di saat yang sama. Biarkan ide-ide mengalir secara alami dalam nikmati prosesnya,” urai Randy.

Belum lengkap rasanya jika tidak mengupas ‘Pemanfaatan Media Sosial secara Bijak’ dengan materi yang disajikan oleh Budi Permana yang mengingatkan para siswa agar lebih mengoptimalkan penggunaan media sosial yang menunjang pembelajaran. Bagi dosen yang telah banyak menerbitkan buku untuk pemakai komputer pemula ini, penggunaan media sosial yang berlebihan harus dihindari karena berdampak negatif terhadap fisik dan mental penggunanya. Apa saja ya, ciri-ciri yang harus kita waspadai? Bagi yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut seputar acara ini, silakan cek instagram: @pesertadidik.dit.smp.

Tahun ini pelaksanaan kegiatan Komunikasi dan Digitalisasi Jenjang SMP berlangsung secara dalam jaringan (daring). Digagas dalam empat angkatan, kegiatan ini melibatkan 130 siswa SMP di setiap angkatannya. Komunikasi dan Digitalisasi Jenjang SMP baru diselenggarakan dalam dua angkatan.

Angkatan pertama telah dilaksanakan pada tanggal 11-12 Agustus 2020. Angkatan kedua dilaksanakan pada tanggal 13-14 Agustus 2020. Angkatan ketiga rencananya akan digelar pada 22-23 September 2020 mendatang dan untuk angkatan keempat akan diselenggakan pada tanggal 25-26 September 2020.

“Mari kita gunakan kesempatan ini untuk belajar agar mampu menjadi komunikator yang efektif,” demikian pesan Mulyatsyah.

Di masa darurat COVID-19 seperti ini, kata Mulyatsyah, mari kita selalu menjaga kesehatan. Jadikanlah cuci tangan, menggunakan masker, dan jaga jarak sebagai rutinitas baru yang senantiasa diterapkan. “Ingat, saat kalian melindungi diri sendiri maka di saat yang sama kalian sedang melindungi orang lain. Yuk, Tetap Unggul dan Berkarya Saat Belajar dari Rumah!,” pesannya.

Selasa, 09 Februari 2021

Tunggu Covid-19 Melandai, Sekolah Tatap Muka di Kabupaten Tangerang Batal


Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) daring tetap berlanjut pada semester genap 2020 -2021. Diketahui awal kegiatan belajar mengajar semester genap 2020 - 2021 dimulai Senin (4/1).

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Syaifullah menjelaskan, penerapan KBM daring di Kabupaten Tangerang, sesuai Surat Edaran Gubernur Banten nomor 44 tahun 2020 Tentang penundaan Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka di Provinsi Banten.

"Sesuai SE Gub Banten nomor 44 tahun 2020. Bahwa seluruh rencana KBM tatap muka di semua jenjang (TK, SD, SMP dan SMA) di wilayah Banten untuk tidak dilaksanakan," kata Kadis Dindik Kabupaten Tangerang, Syaifullah dikonfirmasi Senin (4/1).

Dia mengaku, kebijakan belajar daring terus akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tangerang, sampai adanya informasi terbaru dari Pemerintah Provinsi Banten.

"Sampai Pandemi di wilayah Provinsi Banten melandai," ucap dia.

Sementara dari data yang dilansir https://covid19.tangerangkab.go.id/ menyebutkan 5.174 orang warga Kabupaten Tangerang, terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan rincian 130 orang dalam perawatan, 4.805 orang dinyatakan sembuh dan 107 orang meninggal dunia. 

Mengatasi Beragam Kendala Sekolah Daring




Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan secara jarak jauh atau sekolah daring untuk memutus rantai penyebaran virus.
 
Namun, tak dipungkiri dilakukannya sekolah daring menimbulkan beragam kendala untuk para siswa, guru, bahkan orang tua sekalipun.
 
Koordinator Fungsi Kelola Sistem Informasi Pendidikan LPMP Provinsi Jawa Timur, Maryono S.Sos, M.M, mengungkapkan hal tersebut dalam Bimtek (Bimbingan Teknis) Pengembangan Media Pembelajaran Digital Bagi Guru SMP tahun 2020 Angkatan 2 yang dilakukan secara daring beberapa waktu lalu (Rabu, 26/8/2020).
 
"(Pertama) guru kesulitan mengelola pembelajaran jarak jauh dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum," ujarnya membahas kendala yang dialami para guru saat sekolah daring dilangsungkan.
 
"(Kedua) waktu pembelajaran berkurang, sehingga guru tidak mungkin memenuhi beban jam mengajar."
 
"(Ketiga) guru kesulitan komunikasi dengan orang tua sebagai mitra di rumah."
 
Selanjutnya, Maryono membahas dua kesulitan utama yang dialami para orang tua.
 
"(Pertama) tidak semua orang tua mampu mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab lainnya, seperti kerja, urusan rumah, dan lain sebagainya," jelasnya.
 
"(Kedua) orang tua kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah."
 
Sedangkan untuk para siswa juga ada dua kendala utama dalam sekolah daring yang disampaikan Maryono.
 
"(Pertama) siswa kesulitan konsentrasi belajar dari rumah dan mengeluh beratnya penugasan soal maupun PR yang disampaikan ke siswa," ungkapnya.
 
"(Kedua) meningkatnya rasa stres dan jenuh akibat isolasi berkelanjutan, berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak."
 
Selain itu, kendala lainnya yang bisa dialami guru, siswa, sekaligus orang tua adalah akses ke sumber belajar, baik masalah jangkauan internet ataupun listrik, dan juga kendala dana untuk akses tersebut.
 
Untuk beragam kendala ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyiapkan beberapa solusinya.
 
Yaitu Program Guru Berbagi, Seri Bimtek Daring, Seri Webinar, penyediaan kuota gratis, relaksasi BOS dan BOP, serta ruang guru PAUD dan Sahabat Keluarga.
 
Selain itu untuk menunjang pembelajaran jarak jauh ada program "Belajar dari Rumah" di TVRI, Belajar di Radio RRI, Rumah Belajar, dan kerja sama dengan penyedia platform pembelajaran daring. 

PENDIDIKAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19


\
PENDIDIKAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. 
Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. 
Kegagapan pendidikan daring Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran”. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring. Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api. Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula. Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya. Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis. Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari guru akan mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Gegar teknologi digital untuk pembelajaran daring Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Apakah salah menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulan-bulan maka akan berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri. Cerita dari ponakan penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg, ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an. Kelompok guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya. Belakangan ramai digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke piranti mereka. Hambatan-hambatan pendidikan daring Ada sekian kendala: baik kendala ekonomi, kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan metode pembelajaran daring seefektif apa. Inilah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita di tengah Covid-19. Aktifitas pendidikan bukan semata-mata guru memberikan soal-soal lalu para murid diminta menjawab, lantas diberi nilai matematis. Bukan itu poinnya. Ini yang terjadi berdasarkan amatan penulis di masa Covid-19. Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti pada pembelajaran sekadar dimaknai memberikan soal-soal dari guru kepada murid. Hal ini tentu saja menunjukkan pekerjaan rumah luar biasa berat bagi kita semua memperbaiki sistem pendidikan kita jelang peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75. Membangkitkan ruh pendidikan kita Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi para murid dalam implementasi pembelajaran daring. Pendidikan sebagai cara untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita. Membangun ruh pendidikan daring Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, hemat saya dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan pendidikan kita sekiranya seluruh pemangku kepentingan pendidikan di negeri ini saling bergotong-royong. Menanggalkan egoisme sektoral antarkementerian. Presiden Jokowi selalu menekankan kolaborasi, gotong-royong di lapangan, namun sayangnya instruksi ini masih samar-samar dalam praksisnya. Seyogyanya ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ini kita praktikkan dalam pembelajaran kita di manapun. Di depan memberikan teladan, di tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas mencerdaskan dan membuat bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-19. Masalah koneksi internet semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu masalah kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan. Sekiranya tiga kementerian saling bahu-membahu mempersiapkan infrastrukturnya maka tidak ada yang mustahil membangun kualitas intelektualitas peserta didik yang tetap sehat di masa adaptasi kebiasaan baru era Covid-19 serta didukung jaringan internet yang selalu stabil. Praktik pendidikan di era digital memerlukan inovasi dan kreasi yang terus-menerus sehingga guru maupun anak didik tidak mudah mengalami kejenuhan dan kebosanan. Pun jangan dimaknai pembelajaran daring sekadar memberikan sekian soal kepada murid untuk menjawabnya. Kalau ini yang terjadi maka pembelajaran yang membebaskan dan berkarakter akan berhenti di slogan tanpa pernah diketahui spirit di dalamnya. Oleh karena itu belajar sesungguhnya tidak pernah berhenti sejak dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.