PENYERAHAN PIALA KEGIATAN 17 AGUSTUS 2019

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

HARI GURU NASIONAL

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

KEGIATAN LDK SMPN 3 BALARAJA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

UPACARA 17 AGUSTUS 2020 DI ISTANA NEGARA

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Balaraja

Selasa, 31 Maret 2009

Uji Kompetensi Keahlian Kejuruan Sebagai Indikator Kualitas SDM Muda Indonesia Tingkat Menengah

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Usia Muda tingkat Menengah di Indonesia memiliki posisi sangat vital.

Keberhasilan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas SDM tingkat menengah yang mampu bekerja untuk negaranya sendiri. Seiring dengan persaingan yang semakin tajam antar negara karena keterbatasan sumber hidup yang ada di lingkungan dan perubahan teknologi yang cepat pada setiap aspek kehidupan manusia memiliki konsekuensi logis setiap negara membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar dapat memberikan hasil yang memuaskan dan berorientasi pada nilai (value) untuk negaranya.


Menurut Spencer, 1993 dalam bukunya “Competence at Work: Models for Superior Performance”, Kompetensi adalah sebagian underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion-referenced effective and or superior performance in a job or situasion. Atau karakteristik (motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian) yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Berangkat dari pengertian tersebut kompentensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya.

Dalam beberapa bulan ke depan negara Kita akan melangsungkan hajat ujian Nasional termasuk didalamnya adalah Ujian kompetensi kejuruan khusus SDM muda tingkat menengah yang dihasilkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan. Ujian Kompetensi Kejuruan pada tahun sebelumnya dilakukan dengan metode Projet Work adalah metoda pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi pekerjaan yang sesungguhnya. Dalam perkembangannya, cara tersebut dikenal sebagai pendekatan pembelajaran berbasis produksi (production based training). Metode pembelajaran ini pada umumnya dilaksanakan oleh siswa SMK, pada semester akhir (keenam bagi SMK 3 tahun dan semester ke delapan bagi SMK 4 tahun). Kegiatan Project Work ini meliputi penyusunan proposal, pelaksanaan proses produksi, laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi, pengujian, penyajian dan display).

Project Work ini memiliki banyak kelemahan salah satu diantaranya adanya peluang kecurangan penilaian sehingga kita tidak mendapatkan ukuran kualitas SDM hasil pembelajaran secara riil. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan yang memakan waktu cukup panjang sekitar 3-4 bulan.

Mengingat pentingnya Ujian Kompetensi Kejuruan sebagai indikator Kualitas SDM Muda Tingkat Menengah bagi Negara maka sudah saatnya bagi pemerintah untuk mencari model penilaian yang lebih baik. Dan apapun hasil yang diperoleh dari ujian tersebut harus dapat diterima oleh semua pihak dan harus dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak. Bagi Sekolah perlu cari inovasi pembelajaran sehingga dapat mengkristalkan kemampuan peserta didiknya dan bagi pemerintah daerah memberikan komitmen yang tinggi terhadap penyediaan anggaran atas pembinaan SDM yang berkesinambungan melalui pembinaan SMK.

Model penilaian ala WSC (World Skill Competition) dapat dijadikan rujukan dalam melaksanakan Uji Kompetensi Keahlian Kejuruan di Indonesia. WSC merupakan kompetisi keterampilan tingkat dunia yang diikuti oleh anak-anak seusia sekolah menengah kejuruan. Ada paling tidak 40 keterampilan dipertandingkan, seperti olimpiade olahraga yang sangat bergengsi. Tradisi kompetisi ini sudah berlangsung sejak lama dan dimulai untuk kali pertama di Madrid, Spanyol 1950. Bayangkan di kompetisi ini diujikan keterampilan sejak dari menghidangkan makanan di restoran, merakit mesin, menata rambut, menjahit pakaian, sampai pada keterampilan untuk membuat website. Semua keterampilan tersebut dinilai tingkat presisinya, keamanan bagi pelaku dan penggunanya, kecanggihan rancang bangunnya, kehandalan hasilnya, keindahan outputnya (workmanship). Melalui kompetisi ini peserta benar-benar diuji dan nilai berdasarkan kompetensi yang telah dimilikinya melalui suatu jenjang pendidikan secara fair hal ini dibuktikan dengan produk yang dihasilkannya. Inilah yang harus disadari oleh semua pihak bahwa hasil uji tidak perlu dimanipulasi atau ditutupi karena hasil yang buruk, tetapi dari sinilah kita dapat memperbaiki sistem pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik . Semoga semua pihak mau melakukan itu. (Arie Wibowo K)

Lulusan SMK Grafika Sangat Dibutuhkan

Jumlah sekolah menengah kejuruan di bidang grafika, penerbangan, dan pelayaran masih sangat terbatas.

Padahal kebutuhan lulusan di tiga bidang ini sangat besar. Untuk itu, pemerintah mendukung jika ada pendirian SMK atau konversi SMA ke SMK di tiga bidang itu.

Direktur Pembinaan SMK Departemen Pendidikan Nasional Joko Sutrisno mengatakan hal tersebut seusai peresmian SMK Ignatius Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (28/3). SMK yang membuka dua jurusan di bidang grafika ini semula adalah SMA Kanisius Petang.

Ia mengatakan, jumlah SMK grafika di Indonesia hanya 50 sekolah, lima di antaranya adalah SMK negeri. Berdasarkan data Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) tahun 2006, dari kebutuhan 35.000 tenaga cetak hanya mampu dipenuhi 4.000 orang.

Jumlah SMK penerbangan juga masih kurang, hanya 19 SMK, empat di antaranya SMK negeri. Setiap tahun dibutuhkan 6.000 lulusan SMK penerbangan, tetapi baru bisa dipenuhi 700 orang. Adapun lulusan SMK pelayaran hanya 2.000 orang per tahun, padahal kebutuhannya sangat besar. ”SMK di bidang otomotif dan elektro sudah cukup,” ujarnya. Saat ini ada 7.560 SMK di Indonesia. Selama tiga tahun ada konversi 110 SMA ke SMK.

Kepala SMK Ignatius Slamet Riyadi A Tri Wahyuni mengatakan, sekolahnya semula bernama SMA Kanisius Petang. Mulai 2009/2010 sekolah itu berubah menjadi SMK dengan dua jurusan, Persiapan Grafika dan Produksi Grafika. (EKI) -Kompas-

Siapkan10 Paket Soal UN SMP/SMA

Pemerintah dan Badan Standar Nasional Pendidikan menyiapkan sekitar 10-12 paket utama soal ujian nasional untuk SMP/ SMA dan SMK. Banyaknya variasi soal ini untuk memperkecil kebocoran soal dan menghindari berbagai kecurangan dalam pelaksanaan UN.

Koordinator UN Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Djemari Mardapi, mengungkapkan, Selasa (13/1), paket utama tersebut nantinya akan dipecah dan dicampur kembali sehingga menjadi sekitar 30 paket soal.


”Satu provinsi akan mendapatkan tiga atau empat paket soal berbeda. Dalam satu kelas juga akan dibedakan kode A dan B sehingga murid tidak dapat bekerja sama,” ujarnya. Distribusi tingkat kesulitan dan materi dari soal-soal itu sama. Hanya bentuk pertanyaannya yang dibedakan.

Djemari mengingatkan agar para peserta ujian tidak termakan isu-isu kunci jawaban pada saat pelaksanaan UN mendatang. Saat ujian tahun lalu bermunculan kasus-kasus penyebaran kunci jawaban, di antaranya kasus seorang kepala sekolah sebuah SMA swasta di Makassar, AM, yang sempat ditahan di Kepolisian Resor Kota Makassar Timur karena diketahui memberi kunci jawaban kepada murid- muridnya.

Kasus lainnya adalah empat siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kota Solo tertangkap basah sedang mengakses telepon selulernya saat UN. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bangka Belitung dalam pantauannya menemukan jawaban liar di WC sebuah sekolah.

Dengan adanya paket-paket soal berbeda itu, upaya-upaya menyebarkan kunci jawaban bakal merugikan siswa sendiri.

”Sebaiknya siswa, guru, dan sekolah mempersiapkan diri dalam pelaksanaan ujian nasional. Siswa tak perlu mencari bocoran soal UN karena akan percuma,” kata Djemari.

Tidak mendidik

Kasus ”tim sukses UN”, menurut Djemari, diharapkan juga jangan sampai terdengar kembali. Di suatu daerah ada guru yang niatnya mau membantu anak dengan memberitahukan jawaban.

”Ternyata soal UN berbeda walaupun di satu sekolah. Akibatnya, kunci jawaban tersebut justru merugikan murid,” kata Djemari.

Secara terpisah, Ketua BSNP Mungin Eddy Wibowo dalam jumpa pers, Senin, mengatakan, ada perubahan kisi-kisi untuk UN 2009. Untuk jenjang SMP dan SMA sederajat, selain standar kompetensi kelulusan, disertakan pula standar kemampuan yang diuji sehingga murid akan lebih terarah mempelajari materi.

Adapun di jenjang sekolah dasar dan yang sederajat, kisi-kisi ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) ditambahkan dengan indikator agar pembelajaran materi lebih terkonsentrasi.

Soal UASBN seperti tahun lalu, hanya 25 persen yang dibuat pemerintah pusat dan 75 persen dibuat sekolah atau daerah. Kisi-kisi itu nantinya dapat diakses di situs web dengan alamat http://puspendik.com. (INE)
(Sumber: Kompas Media Cetak.)


UN SMP dan SMA April, UASBN SD Mei 2009

akarta, Senin (12 Januari 2009)--Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2008/2009 jenjang SMP/MTs/SMPLB

akan dilaksanakan pada bulan April 2009. Ujian utama dilaksanakan pada tanggal 27, 28, 29, dan 30 April 2009 mulai pukul 8.00-10.00, sedangkan ujian susulan dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 6, dan 7 Mei 2009. Sementara ujian utama SMA/MA dilaksanakan pada tanggal 20, 21, 22, 23, dan 24 April 2009, sedangkan ujian susulan dilaksanakan pada tanggal 27, 28, 29, 30 April 2009, dan 1 Mei 2009.



Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (Ka BSNP) Mungin Eddy Wibowo mengatakan, ujian utama SMALB diselenggarakan pada tanggal 20,21, dan 22 April 2009 mulai pukul 8.00-10.00, sedangkan ujian susulan diselenggarakan pada tanggal 27, 28, 29 April 2009. Sementara ujian utama SMK diselenggarakan pada tanggal 20, 21, dan 22 April 2009 mulai pukul 8.00-10.00, sedangkan ujian susulan diselenggarakan pada tanggal 27, 28, dan 29 April 2009. "BSNP telah menyusun prosedur operasi standar (POS) untuk ujian kompetensi. Kisi-kisinya juga sudah disusun," katanya saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media, Depdiknas, Jakarta, Senin (12/1/2009).

Jadwal UN Kompetensi Keahlian SMK harus selesai satu minggu sebelum UN utama dan mengacu pada ketentuan khusus tentang teknis pelaksanaan uji kompetensi keahlian. "Bagi SMK program empat tahun, uji kompetensi keahlian dilaksanakan pada tahun ke empat," kata Mungin.

Adapun Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Tahun Pelajaran 2008/2009 SD/MI/SDLB akan dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 Mei 2008 untuk ujian utama dan pada tanggal 18, 19, dan 22 Mei 2009 untuk ujian susulan.

Selengkapnya mata pelajaran yang diujikan untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada jenjang SMA/MA program IPA mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Biologi, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, dan Kimia, sedangkan untuk program IPS meliputi Bahasa Indonesia, Sosiologi, Bahasa Inggris, Matematika, Geografi, dan Ekonomi.

Adapun untuk program Bahasa mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Sejarah Budaya/Antropologi, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Indonesia, dan Bahasa Asing, sedangkan untuk program Keagamaan meliputi Bahasa Indonesia, Ilmu Kalam, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Hadist, dan Ilmu Tafsir.

Sementara, pada jenjang SMALB mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika, sedangkan pada jenjang SMK akan mengujikan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan uji kompetensi keahlian.

Pengumuman hasil UASBN SD dan UN SMP/MTs/SMPLB dilakukan serentak di sekolah/madrasah penyelenggara selambat-lambatnya pada minggu ketiga bulan Juni 2009, sedangkan pengumuman hasil UN SMA/MA/SMK/SMALB selambat-lambatnya pada minggu kedua bulan Juni 2009.

Kriteria kelulusan UASBN ditetapkan oleh setiap sekolah/madrasah yang peserta didiknya mengikuti UASBN melalui rapat dewan guru yang. Kriteria kelulusan ini mencakup nilai minimum setiap mata pelajaran yang diujikan dan nilai rata-rata ketiga mata pelajaran. "Kelulusan UASBN digunakan sebagai salah satu pertimbangan penentuan kelulusan dari sekolah/madrasah, " kata Mungin.

Sementara, peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN, yakni memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN.

Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai tersebut di atas, sebelum pelaksanaan UN. Peserta UN diberikan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang diterbitkan oleh sekolah/madrasah penyelenggara.

Mungin mengatakan, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 68 butir b, hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu dasar seleksi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Satuan pendidikan, kata dia, dapat melakukan seleksi dengan menggunakan instrumen seleksi yang materinya tidak diujikan dalam Ujian Nasional.

Dia mencontohkan, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan tes bakat skolastik, tes intelegensil, tes minat, tes bakat, tes kesehatan, atau tes lainnya sesuai dengan kriteria pada satuan pendidikan tersebut. "Hal ini tidak hanya berlaku untuk perguruan tinggi saja, nanti untuk SMP pun masuk ke SMA tidak perlu ada tes yang materinya sama dengan UN," ujarnya.

Mungin menyampaikan, satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan ini paling lambat tujuh tahun sejak mulai berlakunya PP Nomor 19/2005. "Harapannya ke depan perguruan tinggi betul-betul akan memanfaatkan hasil ujian ini sebagai dasar seleksi penerimaan mahasiswa baru," katanya.

Mungin menyebutkan, total anggaran untuk kegiatan UN dan UASBN tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak Rp.376 milyar dengan rincian untuk penyelenggaraan UASBN SD sebanyak Rp.56 milyar, UN SMP/MTS/SMPLB sebanyak Rp.200 milyar, dan UN SMA/MA/SMK sebanyak Rp.120 milyar. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas Burhanuddin Tolla menambahkan, total biaya penyelenggaraan ujian termasuk Ujian Paket A,B, dan C yang diselenggarakan dua kali dalam setahun sebanyak Rp.572 milyar.*** -GIM-