Selasa, 31 Maret 2009

Uji Kompetensi Keahlian Kejuruan Sebagai Indikator Kualitas SDM Muda Indonesia Tingkat Menengah

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Usia Muda tingkat Menengah di Indonesia memiliki posisi sangat vital.

Keberhasilan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas SDM tingkat menengah yang mampu bekerja untuk negaranya sendiri. Seiring dengan persaingan yang semakin tajam antar negara karena keterbatasan sumber hidup yang ada di lingkungan dan perubahan teknologi yang cepat pada setiap aspek kehidupan manusia memiliki konsekuensi logis setiap negara membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar dapat memberikan hasil yang memuaskan dan berorientasi pada nilai (value) untuk negaranya.


Menurut Spencer, 1993 dalam bukunya “Competence at Work: Models for Superior Performance”, Kompetensi adalah sebagian underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion-referenced effective and or superior performance in a job or situasion. Atau karakteristik (motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian) yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Berangkat dari pengertian tersebut kompentensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya.

Dalam beberapa bulan ke depan negara Kita akan melangsungkan hajat ujian Nasional termasuk didalamnya adalah Ujian kompetensi kejuruan khusus SDM muda tingkat menengah yang dihasilkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan. Ujian Kompetensi Kejuruan pada tahun sebelumnya dilakukan dengan metode Projet Work adalah metoda pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses produksi pekerjaan yang sesungguhnya. Dalam perkembangannya, cara tersebut dikenal sebagai pendekatan pembelajaran berbasis produksi (production based training). Metode pembelajaran ini pada umumnya dilaksanakan oleh siswa SMK, pada semester akhir (keenam bagi SMK 3 tahun dan semester ke delapan bagi SMK 4 tahun). Kegiatan Project Work ini meliputi penyusunan proposal, pelaksanaan proses produksi, laporan, kegiatan, dan kulminasi (presentasi, pengujian, penyajian dan display).

Project Work ini memiliki banyak kelemahan salah satu diantaranya adanya peluang kecurangan penilaian sehingga kita tidak mendapatkan ukuran kualitas SDM hasil pembelajaran secara riil. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan yang memakan waktu cukup panjang sekitar 3-4 bulan.

Mengingat pentingnya Ujian Kompetensi Kejuruan sebagai indikator Kualitas SDM Muda Tingkat Menengah bagi Negara maka sudah saatnya bagi pemerintah untuk mencari model penilaian yang lebih baik. Dan apapun hasil yang diperoleh dari ujian tersebut harus dapat diterima oleh semua pihak dan harus dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak. Bagi Sekolah perlu cari inovasi pembelajaran sehingga dapat mengkristalkan kemampuan peserta didiknya dan bagi pemerintah daerah memberikan komitmen yang tinggi terhadap penyediaan anggaran atas pembinaan SDM yang berkesinambungan melalui pembinaan SMK.

Model penilaian ala WSC (World Skill Competition) dapat dijadikan rujukan dalam melaksanakan Uji Kompetensi Keahlian Kejuruan di Indonesia. WSC merupakan kompetisi keterampilan tingkat dunia yang diikuti oleh anak-anak seusia sekolah menengah kejuruan. Ada paling tidak 40 keterampilan dipertandingkan, seperti olimpiade olahraga yang sangat bergengsi. Tradisi kompetisi ini sudah berlangsung sejak lama dan dimulai untuk kali pertama di Madrid, Spanyol 1950. Bayangkan di kompetisi ini diujikan keterampilan sejak dari menghidangkan makanan di restoran, merakit mesin, menata rambut, menjahit pakaian, sampai pada keterampilan untuk membuat website. Semua keterampilan tersebut dinilai tingkat presisinya, keamanan bagi pelaku dan penggunanya, kecanggihan rancang bangunnya, kehandalan hasilnya, keindahan outputnya (workmanship). Melalui kompetisi ini peserta benar-benar diuji dan nilai berdasarkan kompetensi yang telah dimilikinya melalui suatu jenjang pendidikan secara fair hal ini dibuktikan dengan produk yang dihasilkannya. Inilah yang harus disadari oleh semua pihak bahwa hasil uji tidak perlu dimanipulasi atau ditutupi karena hasil yang buruk, tetapi dari sinilah kita dapat memperbaiki sistem pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik . Semoga semua pihak mau melakukan itu. (Arie Wibowo K)