Jumat, 17 April 2009

Mutu UT Tak Bisa Disamakan Dengan PTN

Tangerang - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan, mutu Universitas Terbuka (UT)..

tidak bisa disamakan dengan mutu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebab model pembelajarannya juga berbeda. Oleh sebab itu, UT harus mendesain model penjaminan mutu sendiri.

”Mutu UT tidak bisa disamakan dengan UI karena model pembelajarannya yang berbeda. Model penjaminan mutu untuk UT harus didesain tersendiri tanpa meniru model penjaminan mutu di UI maupun ITB,” tegas Mendiknas saat meresmikan empat gedung UT Pusat dan sembilan gedung Unit Program Belajar Jarak jauh (UPBJJ) di Pondok Cabe, Tangerang, Senin (13/4).


Dia menambahkan, UT tidak bisa mengandalkan pembelajaran tatap muka antara dosen dengan mahasiswa. Oleh sebab itu, harus dikembangkan model-model sumber belajar yang membuat mahasiswa UT belajar mandiri. ”UT harus mencari cara penjaminan mutu yang baik. Baik yang dimaksud bukan menurut rektor UT maupun Dirjen Dikti, melainkan menurut lembaga independen. UT termasuk anak emas saya. Jadi, jangan kecewakan saya,” lanjutnya.

UT dinilai merupakan kampiun akses pendidikan sebab banyak menampung mahasiswa di seluruh Indonesia. Rata-rata setiap tahun, UT menampung 400.000-600.000 mahasiswa.

Menanggapi pernyataan Mendiknas soal Information and Communication Technology (ICT), Rektor UT Atwi Suparman mengakui, tingkat penggunaan ICT di kalangan mahasiswa UT masih sangat rendah. Dari 532.000 mahasiswa yang tercatat di UT, diperkirakan hanya 6.000 mahasiswa yang mengenal dan menggunakan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan belajarnya.

”Mahasiswa UT yang kenal internet masih sangat rendah jumlahnya. Apalagi kalau digabung dengan mahasiswa jurusan pendidikan,” ungkapnya. Padahal penggunaan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar mahasiswa UT sangat penting, mengingat kurangnya tatap muka antara dosen dengan mahasiswa.

Atwi mengaku, pihaknya setahun lalu sudah intensif mengenalkan teknologi informasi kepada mahasiswa. Menurutnya, Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) yang dikembangkan oleh Depdiknas tidak bisa diandalkan oleh mahasiswa UT sebab Jardiknas menggunakan sistem intranet. Mahasiswa UT tetap memerlukan internet untuk mengakses bahan-abahan ajar secara online.

Namun, ia mengakui rendahnya akses terhadap teknologi internet disebabkan 98 persen mahasiswanya adalah karyawan dan pegawai negeri sipil (PNS). Artinya, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk belajar internet. Meski demikian, mahasiswa UT bisa memesan bahan ajar melalui e-book meski dalam praktiknya masih banyak mahasiswa yang lebih suka membeli buku dalam bentuk fisik di toko buku. (stevani elisabeth) -Sinar Harapan-